counters

Kamis, 20 September 2012

Menimbang Beragam Pilihan Rudal Penangkis Serangan Udara untuk Pussenarhanud TNI-AD


Produsen-produsen rudal hanud di dunia kini semakin bersaing dalam memproduksi sista rudal hanud SHORAD yang efektif, mobile dan memiliki daya tangkal yang besar. Pemain lama seperti Amerika Serikat dan Rusia kini juga bersaing sengit dengan Perancis, Swedia dan konsorsium pembuat rudal dari Eropa, MBDA. Negara yang selalu dirundung konflik, Israel, juga semakin menunjukkan geliatnya sebagai produsen rudal hanud yang mumpuni dikarenakan faktor “keterpaksaan” dalam melindungi apa yang menjadi national interest mereka. Selain itu dari Asia, muncul pemain baru yang berhasil menggabungkan kelebihan dari masing-masing rudal hanud buatan blok Barat maupun Blok Timur, yakni Korea Selatan. Terbukti dengan keputusan Korea Selatan menggandeng Thales dari Perancis dan Almaz Antey dari Rusia dalam proyek rudal hanud mereka. Berikut adalah profil singkat masing-masing sista rudal SHORAD dari negara-negara di atas.

Rusia

Rusia selama ini dikenal sebagai pembuat rudal hanud dengan kualitas jempolan dan sudah teruji memakan korban pesawat-pesawat musuh baik di dalam negerinya sendiri maupun di ajang peperangan luar negeri. Tentu kita masih ingat dengan kejadian ditembak jatuhnya pesawat mata-mata U2 milik AS di daerah Ural dan langit Kuba oleh rudal SA-2(S-75) Dvina. Selain itu Perang Vietnam dan Perang Arab-Israel menjadi saksi sejarah kedahsyatan sista rudal buatan negara pewaris utama pecahan Uni Soviet ini. Dalam peperangan modern kita juga tidak bisa melupakan ditembak jatuhnya F-16 Kapten Scott O’Grady di atas langit Bosnia pada Perang Kosovo tahun 1995 silam. Untuk keperluan SHORAD, Rusia melalui KBP Tula menawarkan konsep sista hanud komposit Pantsir-S1 dengan memadukan 2 laras kanon otomatis 30mm dan 8-12 rudal SAM 57E6-E. Sistem ini dapat dipadukan dengan platform rantis maupun ranpur beroda rantai. Dilengkapi dengan radar dan elektro-optikal sekaligus, sista ini dapat mendeteksi 20 target secara simultan sampai dengan jarak 32-36 Km dan mengakuisisi target pada jarak 24-28 Km menggunakan piranti radarnya sedangkan bila menggunakan elektro-optikal mampu mengakuisisi target pada jarak 17-26 Km. Jangkauan target efektif bila menggunakan rudal pada jarak 1,2-20Km dan ketinggian 5-10.000m, sedangkan bila menggunakan kanon 30mm memiliki jarak efektif 0.2-4Km dan ketinggian 0-3.000m. Selain itu kanon otomatis 30mm ini memiliki rate of fire mencapai 4.500-5000 peluru per menit. Sista hanud ini memiliki tempo reaksi yang cukup cepat yaitu 4-6 detik dari deteksi hingga ke penembakan. Sistem yang serba otomatis pada sista hanud ini menyebabkannya hanya cukup diawaki oleh 3 orang kru saja.

 

Perancis

Perancis sebagai anggota NATO dan Uni Eropa memiliki prinsip yang agak sedikit unik dalam pengembangan senjatanya. Di saat anggota Uni Eropa lain saling bekerja sama dan bahu membahu menciptakan sistem senjata melalui perusahaan konsorsium, Perancis tetap melanjutkan tradisinya menerapkan independensinya dalam hal produksi senjata. Walaupun tetap bergabung dalam konsorsium Eropa, Perancis juga terus mengembangkan sendiri senjatanya. Hal ini dapat dilihat dengan produksi sista rudal hanud Crotale NG yang diproduksi oleh pabrikan Thales Air Defense. Crotale NG sendiri merupakan versi pengembangan dari rudal Crotale yang pertama kali dikembangkan pada akhir dekade 60an. Sista rudal Crotale NG ini dilengkapi dengan rudal VT1 dan sistem radar pencari target Shikra yang baru sehingga meningkatkan jarak jangkauan maksimumnya hingga 16Km dan ketinggian 9.000m. Sistem ini menggunakan pemandu Command Line of Sight yang menggabungkan radar pencari target dan elektro-optikal sehingga lebih kebal terhadap serangan peperangan elektronika pesawat musuh. Selain itu rudal VT1 menggunakan RF electromagnetic proximity fuse sehingga memaksimalkan kemampuan rudal pada segala cuaca dan menghindari sistem pernika pasif yang dimiliki target. Sista ini berhasil diujicoba dengan sukses pada tahun 2007 dan 2008.
 
 
Konsorsium Eropa

Pada tahun 2001, beberapa pabrikan rudal di Eropa yaitu Aerospatiale-Matra Missiles, Finmeccanica dan Matra BAe Dynamics menggabungkan diri dan membentuk sebuah konsorsium produsen rudal bernama MBDA. Merger ini otomatis menggabungkan kelebihan teknologi yang dimilili masing-masing-masing pabrikan. Pada tahun 2008, MBDA sukses mengujicoba sista rudal hanud VL-MICA. VL-MICA sendiri merupakan derivatif dari rudal udara ke udara MICA yang awalnya dikembangkan saat pabrikan Matra masih berdiri sendiri. Sista rudal hanud ini memiliki kelebihan yakni dua macam sistem penuntun pada rudal yakni IR guided dan RF guided. Kelebihan ini sangat menonjol pada situasi di mana terjadi peperangan elektronika hebat. Dilengkapi dengan radar pencari target dan 4 rudal dalam peluncur vertikal, sistem ini hanya membutuhkan 3 orang kru untuk mengoperasikannya dari kendaraan Platoon Command Post. Rudal ini sendiri memiliki jarak jangkauan efektif hingga 20Km dan ketinggian intersep hingga 30.000 kaki. Dengan platform berupa kendaraan rantis yang dimodifikasi, sistem ini hanya membutuhkan 10 menit untuk penggelaran dan 15 menit untuk mengisi ulang peluncur rudal yang dapat dilakukan hanya oleh 2 orang.
 
 
Swedia

Swedia dengan perusahaan produsen senjatanya SAAB dan Bofors juga mempunyai andalan tersendiri di segmen Ground Based Aerial Defence (GBAD). Produk andalan SAAB Bofors Dynamic ini bernama BAMSE. BAMSE RBS-23 merupakan sistem rudal pertahanan udara yang diklaim mampu bekerja di segala cuaca dan mampu menangkal segala target mulai pesawat, helikopter, UAV, bahkan rudal (berkemampuan rudal anti rudal). BAMSE saat ini masih digunakan oleh angkatan bersenjata Swedia. Kemampuan teknisnya adalah mampu mengkover hingga ketinggian 15.000 m, mobilitas tinggi dan mampu diangkut pesawat sekelas hercules, jangkauan rudal 15 km. Setiap baterai BAMSE terdiri atas Surveillance Co-ordination Centre (SCC) dan maksimal 6 Missile Control Centres (MCCs). SCC terdiri dari sebuah Giraffe 3D surveillance radar yang memiliki fungsi BM/C4I. MCC sendiri terdiri dari Fire Control Radar (FCR) dan peluncur misil. Guidance system yang dipakai adalah CLOS (Command Line Of Sight) Kombinasi sebuah baterai BAMSE dengan 3 unit penembak mampu mengkover area seluas 1.500 m². Rudalnya sendiri menggunakan impact dan proximity fuse serta fragmentation and shape charge warhead untuk menjamin kehancuran target.
(lembagakeris.net)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar