counters

Jumat, 12 Oktober 2012

KTBA (KENDARAAN TEMPUR BAWAH AIR) KOPASKA, 2 AWAK MADE IN INDONESIA

Kendaraan Tempur Bawah Air (KTBA) Kopaska Angkatan Laut sering di gunakan dalam tugasnya melaksanakan sabotase bawah air terhadap instalasi musuh. Dengan KTBA buatan Sat
uan Komando Pasukan Katak Koarmatim ini maka personel pasukan katak bergerak secara senyap, mudah dan cepat menuju sasaran untuk menghancurkan instalasi tersebut.

KTBA yang merupakan hasil inovasi kreatif dan konstruktif serta kerja keras Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim. KTBA merupakan ide dan hasil karya Komandan Satpaska Koarmatim Letkol Laut (E) M . Faisal. Dasar pemikiran penciptaan.

KTBA berfungsi untuk meminimalkan faktor kesulitan yang tinggi yang diemban personel Kopaska saat menyelam dan berenang dengan jarak jauh menyusup ke daerah lawan dengan beban peralatan tempur yang cukup berat. KTBA yang panjangnya sekitar dua meter dan bobot 400 kg itu dilengkapi mesin pendorong Driver Propoltion Vehicle. Mesin itu biasa digunakan Kopaska, antara lain, sebagai alat pendorong waktu menyelam. Bentuknya memang mirip ikan hiu agar gerakannya lebih lincah.

Meski demikian, alat itu dapat digunakan di atas permukaan air dengan kecepatan tiga knot per jam dan juga bisa melaju di bawah permukaan dengan kecepatan empat knot per jam.

Untuk menjaga kerahasiaan, KTBA dilengkapi peralatan selam closed circuit sehingga tidak mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Selain itu, KTBA dibuat dari bahan fiber glass sehingga sulit terdeteksi oleh sonar yang digunakan kapal perang.

Komandan Kopaska Letkol Laut (E) M. Faisal yang menciptakan kendaraan "aneh" bersama lima orang anak buahnya itu mengaku awalnya hanya coba-coba. Dia mengombinasikan teknologi kapal selam dengan ilmu penyelaman yang telah dia kuasai. Bahannya pun dari barang bekas, yaitu DPV yang sudah tidak digunakan lagi oleh Kopaska.

Kelebihan KTBA ala Kopaska selain mampu menyusup pantai musuh di kedalaman yang dangkal juga mampu mengangkut personel serta bahan peledak yang cukup banyak. "Awalnya memang hanya coba-coba. Saya desain saat saya masih di Kopaska Koarmabar di Jakarta dan baru bisa diteruskan setelah menjadi komandan Kopaska Armatim," tutur alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) 1987 angkatan 32 tersebut.

Menurut ayah dua anak kelahiran Palembang yang suka utak-atik peralatan elektronik itu, uji coba KTBA tersebut ternyata mendapat perhatian KSAL. "Sejak dibuat enam bulan lalu, Kopaska saat ini mempunyai tujuh unit."
Dia mengakui, karya ciptaannya awalnya hanya diuji coba di kolam renang. Dari hasil uji coba, alat tersebut ternyata bisa digunakan untuk menyelam. Besar volume kantong udara depan dan belakang dibuat sesuai dengan volume udara di pelampung sehingga kendaraan itu bisa diparkir di dasar laut.

Radar Efektif Jaga Perbatasan


Penempatan 12 unit radar sistem pengawasan maritim atau Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) dari Sabang hingga Batam, Kepulauan Riau, sangat efektif untuk mengamankan kawasan perairan Selat Malaka.



"Radar efektif memantau hal terkecil yang berada di kapal. Radar ini terintegrasi ke gugus keamanan laut (Guskamla), dimana bisa melihat seluruh kapal yang melintas di Selat Malaka," kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Batam, Kolonel Laut (P) Nur Hidayat, saat menerima Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Mayjen TNI Hartind Asrin di Lanal Batam, Kepulauan Riau, Selasa (9/10).

Penggunaan radar sistem pengawasan maritim buatan Amerika Serikat itu hanya digunakan pada malam hari karena pada siang hari kapal-kapal yang melintas masih dapat terlihat oleh patroli keamanan laut (Patkamla).

Sebelum ada radar itu, menurut Danlanal Batam, pihaknya kesulitan memantau kapal-kapal yang melintas. Apalagi kapal yang bergerak dalam kecepatan rendah di malam hari, semakin sulit untuk di deteksi. "

"Namun dengan adanya keberadaan IMMS itu kita bisa memantau kapal-kapal meski dari jarak kejauhan dan suasana gelap," ujarnya.

Penempatan radar sistem pengawasan maritim/laut, khususnya di Batam sendiri efektif membantu pengawasan laut mengingat jumlah personil yang ada di Lanal Batam kurang memadai.

"Jumlah personil yang ada hanya 143 orang, padahal seharusnya jumlah personilnya mencapai 256 orang," katanya.

Tak hanya itu, jumlah kapal yang dimiliki oleh Lanal Batam hanya 12 unit, sehingga masih kekurangan sekitar enam unit agar kapal-kapal itu stand by di pos penjagaan. Kapal yang berada di Lanal Batam, yakni kapal KAL Seraya, Patkamla Wolf, Patkalma Sea Hunter, Patkamla "Nongsa", Comba Boat, dan Patkamla Sea Rider buatan Banyuwangi.

Kendati demikian, dengan adanya patroli yang dilakukan secara rutin oleh TNI Angkatan Laut kasus-kasus kejahatan yang ada di laut relatif menurun, bahkan dengan adanya penempatan radar itu kasus kejahatan di laut relatif tidak ada. "Jarang sekali terjadi kasus perompakan dan kasus trafficking," katanya.

Ia menambahkan, penempatan Kapal Perang (KRI) di perairan Kepulauan Riau belum perlu digunakan mengingat tingkat kerawanannya masih bisa diatasi oleh kapal-kapal kecil (patroli). "Penggunaan KRI bila tingkat kerawanannya terus meningkat. Ini pun harus dilaporkan terlebih dahulu kepada gugus tempur laut (Guspurla) sebelum pengerahan kapal perang," kata Nur Hidayat.



Sumber : Jurnas

Pemberontak Gagalkan Serangan Tentara Suriah untuk Rebut Kembali Maarat al-Nu'man

MAARAT aL-NU'MAN, SURIAH (voa-islam.com) - Pemberontak Suriah pada Rabu (10/10/2012) menggagalkan serangan tentara pemerintah untuk merebut kembali sebuah ko
ta strategis di jalan raya utama ke Turki, satu hari setelah kota tersebut direbut oleh pejuang oposisi, para aktivis mengatakan.

Setidaknya 30 pemberontak dan puluhan pasukan pemerintah Suriah tewas dalam pertempuran dekat Maarat al-Numaan, 350 km utara Damaskus, kata mereka.

"Barisan (tentara Suriah) terdiri dari ratusan tank dan kendaraan menyerang kota. Mereka digagal dengan kehilangan yang besar," kata Abu Musab Taha, seorang komandan pemberontak di daerah itu mengatakan kepada Reuters.

Anas Othman, seorang penduduk Maarat al-Numaan, mengatakan kota "sedang dihancurkan" oleh serangan udara dan artileri tentara Suriah.

Mohammad Kanaan, seorang aktivis oposisi dari daerah, mengatakan bahwa 100 pejuang dan warga sipil telah tewas di Maarat al-Numaan selama sepekan terakhir.

Ia mengatakan pasukan keamanan Surriah telah mengeksekusi 50 pembelot militer di sana.

Tidak ada verifikasi independen dari laporan. Berwenang Suriah telah melarang media-media bahkan yang paling independen sejak pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai pada Maret tahun lalu.

Maarat al-Numaan, terletak 75 km sebelah selatan dari kota Aleppo, pusat bisnis Suriah.

Sumber-sumber oposisi mengatakan jatuhnya Maarat al-Numaan semakin melemahkan jalur pasokan tentara ke Aleppo, di mana perang kota telah berlangsung selama dua bulan

Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia


5 Pesawat tanpa awak dipamerkan di Bandara Halim Perdanakusuma. Boleh berbangga karena pesawat-pesawat ini asli buatan Indonesia.

Pesawat-pesawat itu merupakan hasil riset Balitbang Kemenh
an yang bekerjasama dengan BPPT. Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat-pesawat ini cocok digunakan di daerah perbatasan.

Kelima pesawat tanpa awak itu baru prototipe dan baru akan diproduksi.

"Setelah teruji kita akan serahkan ke industri. Bisa dimodifikasi tetapi kaidah desainnya harus sama. Saat ini ada PT DI dan LAPAN, yang akan memproduksinya," kata insinyur rekayasa di BPPT, Ir Adrian Zulkifli.

Adrian sangat berharap pesawat ini diproduksi oleh pabrikan teknologi BUMN dan bukan swasta. "Karena kita akan mengontrol pembuatannya," kata dia.

Berapa harganya? "1 Pesawat harganya kira-kira 2 miliar. Dan riset ini menggunakan dana DIPA. Untuk engine, kita ambil dari Jerman. Kalau kamera bisa pakai dari Taiwan," imbuh Zulkifli.

Prototipe pesawat itu dipamerkan dan 1 pesawat Wulung telah diuji coba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012). Lima pesawat ini adalah:

1. Puna Sriti


Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.

"Sriti untuk surveilance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI. Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI," papar Chief Engineer BPPT, Muhamad Dahsyat di lokasi.

Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, jadi lebih efektif.

Spesifikasi pesawat:
- wingspan 2.988 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
- cruise speed 30 knot
- endurance 1 jam
- range 5 nautical mile
- altitude 3.000 feet
- catapult 4.500 mm
- catapult bungee chords.

2. Puna Alap-alap


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan sebagai sarana take off.

"Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveilance saja," kata Dahsyat.

Spesifikasi pesawat:
- wingspan 3.510 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
- cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
- endurance 5 jam
- range 140 kilometer
- altitude 7.000 feet
- payload = gymbal camera video.

3. Puna Gagak


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih.

Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai sarana take off - landing.

"Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi. Kalau Gagak untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan Laut," tutur Dahsyat.

Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.

4. Puna Pelatuk


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.

Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan sebagai take off - landing.

"Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi," jelas Dahsyat.

Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.

5. Puna Wulung


Pesawat ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.

"Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran benih," tutur Dahsyat.

"Kalau Wulung ini misi terbangnya itu high-high-high. Ke depan kita akan eksplorasi lagi untuk kebutuhan lain," imbuh dia.

Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.360 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kg
- cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 120 KM
- length 4.320 mm
- height 1.320 mm